Ratings10
Average rating3.7
I came for the Palestinian-Canadian representation but stayed for the autism representation. It's another one of these books which I wish had existed when I was a teenager and I'm glad exists for the current generation of teens.
A beautifully written coming of age story. The beats are pretty familiar, but Jessie's perspective is so carefully considered at every moment. Jessie is more than a collection of the character tropes associated with the new to high school. The way Khalilieh considers her autism diagnosis and her Palestinian-Canadian background make Jessie feel like a real person, which is aided by how well Khalilieh has captured the actual voice of a teenager. Reminds me of the best parts of Bo Burnham's Eighth Grade. Would highly recommend to anyone entering high school, or wanting to have a deeper empathy with the experience of what it's like to be a high schooler with an autism diagnosis.
(I rate on a 5 star scale and a 4/5 is “I really liked it” so don't take the missing star as any indication of lesser quality.)
Jessie Kassis adalah orang Kanada keturunan Palestina yang didiagnosa ASD (Autism Spectrum Disorder). Orang Palestina mayoritas muslim namun sejumlah kecil ada yang kristen. Keluarga Jessie termasuk orang Palestina yang beragama Ortodox Yunani (mengutip dari penulis “Ortodox Yunani mirip dengan Katolik Roma”). Itulah kenapa Jessie dan kakaknya bersekolah di sekolah Katolik Holy Trinity.
Jessie yang berusia lima belas tahun baru saja akan memulai kelas 9, bertekad untuk memulai sekolah baru dengan menyimpan rahasia mengenai diagnosa autisnya. Berkat saran dari terapisnya, Jessie membuat daftar tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Walau penulis adalah orang Kanada-Palestina, buku ini bukan mengangkat issue mengenai Palestina, murni sebuah remaja kontemporer. Menurutku buku ini cukup menghibur dengan beberapa kelucuan dan momen menggemaskan, khas remaja. Kupikir aku sudah melewati masa menyukai novel remaja, namun aku cukup terhubung dengan Jessie, terlebih Jessie terobsesi dengan era 90an.
Satu-satunya masalahku dengan buku ini adalah perulangan yang menyatakan bahwa era 90an itu tua dan klasik, sungguh aku tersinggung