We don't have a description for this book yet. You can help out the author by adding a description.
Reviews with the most likes.
Jujur, ini salah satu karya tulis yang paling saya tidak sukai dari semua karya tulis yang telah saya baca. Karakter utama, Lesly, terkesan seperti sebuah karikatur wanita kaukasia yang jatuh cinta dan tergila-gila oleh seorang lelaki lokal pada pandangan pertama. Mungkin saya terlalu membawa perasaan sebagai seorang blasteran yang terus-terus kena getah stereotype dan selalu mendengar omongan macam “kawin sama gw dong biar gw bisa benerin keturunan” “lo kan bule, kenapa gk mau have sex sama gw? bule kan semuanya ——-“ dan segala jenis hal-hal yg tidak dapat saya katakan di muka umum, tapi karakter Lesly berasa seperti sebuah hinaan. She sounds like she was created to fulfil some fantasy instead of being an actual character; she has very little depth, and also unlikeable.
Kemudian, pada paragraf pertama jelas tertulis ...Penghuni Distrik Barat ini rata-rata keluarga yang cukup kaya dan terpandang. Sangat berbeda dengan Distrik Timur di dekat pantai, yang banyak dihuni para urban berkulit hitam. Excuse me? Kontras dari kedua kalimat itu jelas, warga Distrik Barat lebih kaya dan terpandang dibanding warga Distrik Timur, tapi kenapa hal yang digunakan sebagai kontras adalah warna kulit/ras dari mayoritas warga Distrik Timur dan bukannya kondisi perekonomian mereka? Penulis seolah-olah mengatakan bahwa warga Kulit Hitam tidak dapat kaya dan tidak mungkin berasal dari keluarga yang terpandang.
Gaya penulisan juga tidak homogen. Penulis mendeskripsikan bbrp scene dengan cukup detil, namun tidak mendeskripsi lebih banyak scenes yg justru menurut saya lebih penting. Pendeskripsian fisik karakter juga menurut saya absurd ya. Kenapa penulis lebih memilih untuk mendeskripsikan outfit Lesly terlebih dahulu dibandingkan dengan fisik Lesly sebagai manusia? Memangnya pembaca harus tau kalau Lesly memakai celana pendek jins dan kaos terlebih dahulu dibandingkan tubuhnya yang tinggi dan berisi? Dialog kelewat kaku, kek mayoritas penulisan saya untuk review ini. Kelewat formal. Editing dan proofreading juga perlu diperhatikan lagi! Masa iya bisa kurang kata penting yang bisa ngubah arti satu kalimat? Kualitasnya di mana?
Oh ya, ngomong-ngomong gimana ya cara Leslie bawa tengkorak lewat bandara dan penerbangan internasional? TSA itu cukup ketat, loh, dan di UU US sendiri ada aturan kalo penumpang harus ngikutin prosedur ketat biar boleh bawa human remains. Kenapa gk diceritain caranya Lesly dan Jeff ngurusnya? Belum lagi sama imigrasi Indo pasti ditanya ngapain bawa tengkorak yang ada mahkota emasnya. Lagian ada prosedurnya kok, dan itu gk gampang diurus. Bayangin 2 mahasiswa tetiba datang bawa tengkorak yg masih nempel sama mahkota, apa gk mencurigakan? Yang ada udah ditangkap duluan kali, or ya maybe penulis ngambil sisi imigrasi Indo itu korup, tapi imigrasi US? Di sana aja ada larangan membawa remains bbrp jenis binatang untuk perjalanan antar-states loh ya, masa iya ini gk ditanyain? Ya saya tau ini fiksi genre fantasy dan historical fiction, tapi logikanya gk masuk akal.
Ini baru dari 3 chapters awal. Kalau saya harus kritik sisa 26 chapters lagi rasanya gk perlu. Kekecewaan saya makin menjadi seiring ceritanya berjalan.
I'm disappointed. The author somehow destroyed his own story without even trying. No, perhaps that's the reason why - he didn't even bother to try. One star for bringing up the theft of artefacts by ‘collectors'. More people should be aware of it. That's the only redeeming quality of this book.
Oh, btw, just because someone calls their father papi doesn't mean that everyone else will use it when we're talking about him :) We'll just use your/their father instead. Thank you.
I should probably get rid of this book since it's taking up precious space in my private library, but it's so hilariously bad I want to keep it so I can use it as an example of what not to do when trying to write a novel.